Peluang dapat cuan besar di pekan depan

Peluang dapat cuan besar di pekan depan
BEI

kabarsoloraya.com.Pasar keuangan Indonesia ditutup bervariasi pekan ini dengan kinerja positif yang dibukukan oleh pasar saham nasional yang mampu menguat ditopang oleh aksi beli asing di tengah optimisme membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,67% pada perdagangan hari terakhir, Jumat (25/3/2022), ke 7.002.532. Namun, selama sepekan, IHSG naik 0,68% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu di 6.954.965.

Kenaikan mingguan ini melanjutkan konsolidasi yang tercatat pekan lalu sebesar 0,47%, dan pergerakan IHSG pekan ini juga bisa dibilang spesial karena berhasil mencatat rekor tertinggi sepanjang masa.

 

Selama 5 hari perdagangan pekan ini, indeks acuan utama bursa nasional berhasil konsolidasi selama tiga hari, yakni Senin, Selasa, dan Kamis. Kenaikan terbesar terjadi pada hari Kamis dengan kenaikan sebesar 0,77%.

Sayangnya, rupiah yang mengakhiri penurunannya pekan ini, terpengaruh 0,74% hingga mencapai 14.235 rupee/dolar AS. Koreksi ini terjadi setelah pekan lalu menguat 0,45%.

 

Sentimen pasar

Pekan depan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan investor, karena mayoritas emisinya berasal dari luar negeri.

Yang pertama, tentu saja, berkaitan dengan perang Ukraina-Rusia dan implikasinya terhadap ekonomi dan bisnis global. Sampai sekarang, perang di Ukraina mungkin membebani pasar minggu depan karena pelanggaran terkait gencatan senjata tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat.

Selain itu, investor juga perlu mewaspadai fluktuasi harga komoditas yang semakin sulit diantisipasi. Setelah tren melemah selama dua minggu terakhir, pertambangan, energi dan barang-barang pertanian gabungan naik minggu ini.

Dari negara Paman Sam, investor juga akan mengamati dengan cermat laporan penggajian AS dan data pengeluaran konsumsi pribadi sebagai proxy dan petunjuk seberapa cepat The Fed memperketat kebijakan moneter.

Bank sentral AS baru-baru ini secara resmi menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun, dari dalam negeri, Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan, setidaknya hingga rapat Dewan Gubernur berikutnya.

Banyak analis keuangan dan ekonom memperkirakan Indonesia akan menaikkan suku bunga setidaknya dua kali, dan yang tercepat akan terjadi pada kuartal kedua tahun ini. Tentu saja, agresivitas The Fed juga mempengaruhi seberapa cepat suku bunga domestik bisa naik.

Gubernur BI Perry Wargio kembali menegaskan bahwa suku bunga 3,50% akan dipertahankan hingga tanda-tanda kenaikan inflasi yang mendasar muncul.

 

Sebelumnya, pimpinan puncak The Fed mengatakan bahwa di masa depan mereka dapat menaikkan suku bunga secara agresif hingga 50 basis poin jika perlu.

Selain itu, pembacaan awal mengenai inflasi di berbagai belahan dunia juga patut dicermati. Beberapa negara dengan inflasi parah yang berada pada level tertinggi dalam beberapa tahun antara lain Amerika Serikat, Inggris, zona euro, Brasil, Turki hingga Rusia.

Data inflasi domestik akan dirilis pada Jumat pekan depan.

Sementara dari dalam negeri, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5%.

Indikator global lainnya termasuk aktivitas manufaktur dan pertumbuhan ekonomi. Purchasing Manager Index (PMI) untuk mitra dagang utama Indonesia akan dirilis minggu depan termasuk China, Jepang, India, Korea Selatan dan Australia.

Kondisi pasar obligasi juga menarik, baik secara global maupun nasional. Pelemahan pasar obligasi global berlanjut pada hari Jumat sebagai antisipasi dan respons terhadap siklus pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral utama yang berusaha menjinakkan inflasi.

Imbal hasil obligasi 10-tahun AS adalah 2,5%, tertinggi sejak Mei 2019, imbal hasil pada Treasury 10-tahun Jerman, patokan untuk Eropa, naik 0,59% dan tertinggi sejak Mei 2018, sedangkan 10-tahun Prancis. tahun hasil naik Hasilnya di atas 1%.

Investor dalam negeri tetap perlu mencermati perkembangan pandemi, meski pemerintah telah menyatakan repatriasi tahun ini diperbolehkan.

Selain itu, untuk menyambut bulan puasa yang akan dimulai pada pekan depan, harga komoditas kemungkinan akan semakin meningkat yang pada akhirnya akan memicu peningkatan inflasi yang mendekati batas atas yang diinginkan oleh Bank Indonesia.