BLT UMKM diharapkan segera cair ramadhan ini

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan keterangan bahwa pemerintah akan memberikan Bantuan Subsidi Upah (BSU) atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) subsidi gaji sebesar Rp1 juta per penerima. Bantuan diberikan untukpara buruh dengan gaji di bawah Rp3,5 juta.
“Ada program baru yang diarahkan pak presiden yaitu bantuan subsidi upah untuk gaji yang di bawah Rp3,5 juta, besarnya Rp1 juta per penerima,” ungkap Airlangga Hartarto dalam konferensi pers, Selasa (5/4).

 


Pemerintah, kata dia, menganggarkan dana sebesar Rp8,8 triliun untuk menyalurkan BLT tersebut. Nantinya, BLT akan diberikan kepada 8,8 juta pekerja.
BLT subsidi gaji merupakan program perlindungan sosial yang telah diberikan mulai tahun lalu.

 


Selain itu, pemerintah juga melanjutkan program bantuan sosial lain pada 2022. Salah satunya Kartu Sembako yang akan diberikan kepada 18,8 juta penerima.

Selanjutnya, pemerintah juga akan menambahkan penerima Program Keluarga Harapan (PKH) sebanyak 2 juta.

Sementara, pemerintah akan memberikan BLT minyak goreng sebesar Rp100 ribu per bulan untuk masing-masing penerima. Bantuan akan diberikan secara sekaligus tiga bulan dengan total Rp300 ribu per penerima.

“Tadi juga ada usulan Banpres untuk usaha mikro (BLT UMKM) yang nanti juga akan diagendakan,” kata Airlangga.

“Ini diharapkan dalam Ramadan ini bisa diberikan,” imbuh Airlangga.

Selain melanjutkan program bantuan yang sudah ada, pemerintah juga menyiapkan program bantuan lain. Misalnya, bantuan untuk usaha mikro sebesar Rp600 ribu per penerima kepada 12 juta penerima.

“Tadi juga ada usulan dari bantuan presiden untuk usaha mikro yang nanti akan juga diagendakan, besarannya Rp600 ribu per penerima,” jelas Airlangga.

(BLT minyak goreng) diharapkan dalam bulan Ramadhan ini bisa diberikan. Kemudian (Pak Presiden juga mengarahkan) program BLT Dana Desa terus dilanjutkan,” jelas dia.

Airlangga menyatakan berbagai komoditas yang harganya sudah naik di pasar dunia, yaitu gas alam, batu bara, minyak mentah, minyak kelapa sawit (CPO), hingga gandum. Hal ini berdampak bagi Indonesia.

“Kenaikan berbagai komoditas utamanya pangan maupun energi sebagai akibat daripada geopolitik di Rusia dan Ukraina yang transmisi ke Indonesia dalam bentuk harga, kenaikan harga komoditas, dan juga kenaikan inflasi,” pungkas Airlangga.