Kota Surabaya yang dikenal sebagai ibokota Jawa Timur termasuk daerah yang terdiri atas keberagaman di dalamnya. Daerah yang ada di kota ini dulunya dibagi berdasarkan etnis seperti kawasan untuk masyarakat Eropa, Cina, Arab, dan pribumi.
Salah satu tempat yang terkenal akan ciri dari bangsa tersebut adalah kawasan Ampel di Surabaya yang banyak ditemui masyarakat Arab. Seperti yang diketahui, Sunan Ampel merupakan salah satu wali yang menyebarkan agama Islam di wilayah Nusantara.
Kali ini kabarsoloraya.com akan membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Sunan Ampel mengutip dari Antara
1. Bernama asli Sayyid Ali Rahmatullah
Dikenal dalam sejarah dengan panggilan Sunan Ampel, ternyata nama aslinya adalah Sayyid Ali Rahmatullah dan akrab disapa Raden Rahmatullah. Beliau lahir dari seorang ayah yang lahir di Samarkand (salah satu negara di kawasan Asia Tengah tidak jauh dari Uzbekistan dan Kazakhstan).
Ibunya adalah Dewi Chandrawulan, puteri raja Champa (salah satu negara di kawasan Asia Tenggara). Sunan Ampel juga lahir di Champa pada 1401 Masehi.
2. Datang untuk membenahi moral masyarakat
Sunan Ampel menginjakkan kakinya di tanah Jawa bukan tanpa alasan dan juga bukan kebetulan, ia dipercaya bisa mengubah kultur zaman dulu yang kembali terjadi banyak pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, dan lainnya.
Sunan Ampel membenahi langkah dari Syaikh Jamalluddin sebelumnya. Ketika berdakwah, ia tak memaksa rakyat untuk kembali memeluk Islam. Ia menggunakan cara halus dengan bersosialisasi kepada masyarakat dan menerapkan budi pekerti dengan visi.
3. Ajaran Molimo
Sunan Ampel mencetuskan ajaran yang terkenal, yaitu “Molimo”. Molimo merupakan gabungan dari kata “Mo” yang berarti tidak mau, dan “limo” yang berarti lima perkara. Maka, “Molimo” adalah tidak mau melakukan lima perkara yang dilarang dalam agama islam.
Lima perkara tersebut adalah:
- “Emoh Main” (tidak mau berjudi),
- “Emoh Ngumbi” (tidak mau minum yang memabukkan),
- “Emoh Madat” (tidak mau mengisap candu atau ganja),
- “Emoh Maling” (tidak mau mencuri atau kolusi), dan
- “Emoh Madon” (tidak mau berzina).
Setelah Molimo, Sunan Ampel kembali mencetuskan istilah baru membangun budi pekerti luhur karena adanya budi pekerti maka siat sopan santun, tata krama, dan perilaku baik akan menjadi tabiat.
4.Makam yang sederhana
Sunan Ampel wafat pada 1418 di kota Demak. Makamnya terletak di sebelah barat Masjid Ampel, Kawasan Ampel, Surabaya.
Makam Sunan Ampel juga sederhana, hanya ada kain putih di batu nisannya dan pagar besi setinggi 1,5 meter dengan luas 64 meter persegi menjadi pembatas. Kondisi ini mengakibatkan para peziarah dapat melihat makamnya secara langsung.
Makam Sunan Ampel dikategorikan menjadi yang paling sederhana di antara sembilan wali lainnhya. Makamnya berdampingan dengan makam istrinya yaitu Nyai Condrowati dan lima kerabatnya.