Kabarsoloraya.com. 6 Aplikasi Finansial Bodong Yang Banyak Diunduh Di Indonesia. Berdasarkan laporan dari lembaga riset, Indonesia mengalami pertumbuhan unduhan aplikasi finansial terbesar selama empat tahun terakhir dengan naik sebanyak 185 persen.
Belakangan ini beberapa kasus investasi bodong mulai terungkap ke permukaan. Beberapa dari platform investasi tersebut bahkan menyeret sejumlah nama dari kalangan tokoh publik hingga crazy rich. Sebut saja Indra Kenz melalui aplikasi Binomo, dan Doni Salmanan dari aplikasi Quotex. Korbannya juga beragam, mulai dari rakyat biasa sampai dengan kalangan selebriti, seperti Chris Ryan yang melaporkan aksi penipuan dari aplikasi Fahrenheit.
Menurut data dari lembaga riset, jumlah unduhan aplikasi finansial di Indonesia mencapai 382,1 juta sepanjang 2021. Jumlahnya meningkat dibandingkan 2020 sebanyak 210,1 juta kali.
Sementara di tahun 2019 dan 2018, unduhan aplikasi finansial hanya sekitar 194 juta dan 134 juta.
Berikut ini kabarsoloraya.com sajikan urutan 6 aplikasi finansial bodong yang paling banyak diunduh di Indonesia berdasarkan riset :
6 Aplikasi Finansial Bodong yang banyak diunduh:
1. Aplikasi Finansial Bodong: Binomo
Kasus investasi bodong Binomo yang menyeret selegram sekaligus crazy rich Indra Kesuma alias Indra Kenz mulai terungkap pada Februari 2022. Indra merupakan afiliator dari aplikasi judi berkedok invesasi Binomo dan terancam hukuman 20 tahun penjara. Platform Binomo merupakan salah satu platform trading online dengan beragam bentuk perdagangan dengan metode trading binary option. Cara kerjanya, trader harus menebak harga suatu aset akan bergerak naik atau turun dalam jangka waktu tertentu.
2. Aplikasi Finansial Bodong: Quotex
Quotex merupakan aplikasi trading binary option yang menyeret nama crazy rich dari Bandung, Doni Salmanan. Quotex dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan Awesomo LTD yang berkantor pusat di Seychelles, Afrika Timur. Quotex menawarkan beragam aset perdagangan dan berbagai metode perbankan, bahkan lebih dari 400 binary option atau opsi digital yang tersedia. Adapun cara kerja Quotex tidak jauh berbeda dengan Binomo, dimana member harus memilih salah satu dari dua opsi untuk memprediksi harga naik atau turun.
3. Aplikasi Finansial Bodong: Viral Blast
Kasus yang tak kalah menarik adalah kasus investasi dengan skema ponzi, Viral Blast. Hal ini mencuat setelah salah seorang pemiliknya buka suara melalui sebuah video di YouTube. Dalam video tersebut, satu dari beberapa pemilik Viral Blast mengakui apa yang ia lakukan dengan Viral Blast adalah sejenis praktik penipuan. Adapun cara kerja Viral Blast adalah dengan menerapkan sistem operasi skema Ponzi dan metode withdraw. Nantinya, dana yang diinvestasikan oleh para member akan mengalir ke dompet para “bos” Viral Blast.
4. Aplikasi Finansial Bodong: DNA Pro
Kasus investasi bodong Robot Trading DNA Pro diduga telah merugikan member hingga lebih dari Rp 97 miliar. Adapun modus yang digunakan yakni dengan memasarkan dan menjual aplikasi robot trading DNA Pro dengan sistem penjualan langsung yang menerapkan skema piramida. DNA Pro menjanjikan para membernya dengan keuntungan yang menggiurkan. Menurut pengakuan korban, mendapat keuntungan besar, DNA Pro mengklaim sudah legal beroperasi di Indonesia. Para member juga dijanjikan dapat melakukan withdraw dalam jumlah yang tak terhingga.
5. Aplikasi Finansial Bodong: Evotrade
Evotrade merupakan aplikasi investasi bodong berkedok skema ponzi, dimana para korban dijanjikan keuntungan yang berjenjang sampai dengan 10 persen dari dana awal yang disetor. Evotrade menjanjikan para membernya keuntungan yang besar, dan member – member yang berada pada level paling bawah, akan mendapat keuntungan sebesar 2 persen. Berdasarkan laman resmi Evotrade, aplikasi ini juga menjalankan sistem robot trading Forex (BOT EA FOREX) yang membantu investor untuk melakukan Trading Forex tanpa effort. Semua eksekusi jual beli otomatis dijalankan oleh robot berdasarkan kecerdasan buatan yang telah di input.
6. Aplikasi Finansial Bodong: Fahrenheit
Investasi bodong lainnya yang terungkap, adalah robot trading Fahrenheit. Kasus ini heboh setelah artis Chris Ryan melaporkan aksi penipuan yang diduga mencapai Rp 5 triliun tersebut ke pihak berwajib. Fahrenheit adalah bentuk penipuan yang dilakukan operator, dengan membuat transaksi seolah-olah margin call (MC). Margin call merupakan peringatan dari broker atau sekuritas kepada investor untuk menambah modal ke rekening investasinya. Kondisi itu terjadi saat nilai ekuitas nasabah nyaris habis karena adanya posisi merugi cukup parah dalam akunnya.
Menurut penelitian, meskipun penggunaan perbankan ritel secara luas oleh Gen X dan Baby Boomers, Gen Z kemungkinan akan menggunakan aplikasi perdagangan dan perbankan baru di seluruh wilayah. Selain itu, mereka juga lebih memilih menggunakan aplikasi remittance, karena lebih nyaman menggunakan handphone sebagai alat pembayaran daripada uang tunai.
Jadi, penerbit aplikasi keuangan yang ingin menjangkau generasi pengguna mobile savvy berikutnya harus mengingat apa yang diinginkan pasar saat ini adalah pergerakan uang yang cepat dan sederhana, serta fleksibilitas keuangan yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.