Hewan Polinator Yang Berperan Dalam Proses Penyerbukan Tanaman

Hewan Polinator Yang Berperan Dalam Proses Penyerbukan Tanaman

Kabarsoloraya.com. Hewan Polinator Yang Berperan Dalam Proses Penyerbukan Tanaman. Penyerbukan melibatkan pengangkutan serbuk sari dari benang sari ke putik untuk pembuahan. Saat dibuahi, tanaman menghasilkan buah, biji, dan berkembangbiak. Penyerbukan tanaman merupakan proses pemindahan serbuk sari dari anther ke stigma. Polinator dibagi menjadi dua yaitu polinator abiotik seperti angin dan air, serta polinator biotik yang terdiri dari berbagai jenis hewan. Polinator biotik seperti serangga dapat mendatangi suatu tanaman karena umumnya tanaman tersebut memiliki mantel luar yang lengket dan mengkilap untuk menarik perhatian serangga.

Apa Itu Polinator?

Polinator adalah perantara penyerbukan tanaman. Penyerbukan tanaman merupakan proses pemindahan serbuk sari dari anther ke stigma. Polinator dibagi menjadi dua yaitu polinator abiotik seperti angin dan air, serta polinator biotik yang terdiri dari berbagai jenis hewan. Polinator biotik seperti serangga dapat mendatangi suatu tanaman karena umumnya tanaman tersebut memiliki mantel luar yang lengket dan mengkilap untuk menarik perhatian serangga. Agen biotik yang paling banyak terdapat di alam adalah kumbang (Coleoptera) yang dapat membantu 88.3% tanaman berbunga di seluruh dunia dunia untuk melakukan penyerbukan. Saat serangga bersentuhan dengan bunga, diharapkan ada sebagian tepung sari yang menempel pada tubuhnya dan akan ditransfer ke kepala putik. Beberapa jenis serangga tertentu juga memiliki kotak polen pada kaki belakang yang berfungsi untuk mengangkut polen. Di dalam hutan dan habitat alami lainnya, polinator dibutuhkan untuk membantu produksi buah dan biji.

Di mana polinator membantu menyebarkan sel bunga jantan ke putik betina.

Ada beberapa hewan yang masuk dalam polinator, yaitu:

  • Lebah
  • Kumbang
  • Burung
  • Kelelawar
  • Lalat
  • Ngengat
  • Kupu-kupu

1. Lebah

Lebah adalah hewan yang memiliki peran paling penting dalam penyerbukan bunga. Lebah merupakan sekelompok besar serangga yang dikenal sebagai makshluk sosial karena hidupnya berkelompok.

Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup di muka bumi. Seperti makhluk hidup lainnya, tumbuhan dapat berkembang biak menciptakan keturunannya. Proses perkembangbiakan tumbuhan tidak lepas dari penyerbukan.

2. Kumbang

Kumbang umumnya bukan hama yang berbahaya, tetapi mereka termasuk hama pertanian dan industri. Beberapa spesies tanaman kuno seperti magnolia dan rempah-rempah, dibantu penyerbukannya oleh kumbang. Kumbang yang memakan serbuk sari, nektar, atau bunga adalah penyerbuk yang sangat penting. Kumbang paling sering hinggap di bunga yang kusam dan buah yang terbuka di siang hari. Dengan begitu, kumbang termasuk polinator yang penting di bumi ini.

3. Burung

Burung juga ada yang berfungsi sebagai polinator. Beberapa burung juga berperan membantu penyerbukan tanaman, burung yang paling terkenal sebagai penyerbuk adalah burung Kolibri. Namun, sebenarnya ada juga burung penyerbuk penting lainnya, seperti Honeycreeper di Hawaii dan Honeyeater di Australia. Sunbird di daerah tropis juga membantu penyerbukan tanaman, terutama untuk bunga yang dalam.

4. Kelelawar

Kelelawar adalah hewan yang aktif di malam hari (nocturnal). Kelelawar membantu penyerbukan beberapa bunga yang tumbuh di daerah tropis dan gurun, seperti di wilayah Afrika, Asia Tenggara, dan Kepulauan Pasifik. Kelelawar paling suka hinggap di atas bunga yang terbuka pada malam hari, memiliki kelopak besar, pucat, harum, dan mengandung nektar encer, seperti bunga durian.  Kelelawar bukan hanya membantu penyerbukan dengan nektar, tetapi juga memakan serangga yang ada pada bunga.

5. Lalat

Lalat identik dengan tempat kotor, namun ternyata ada juga manfaatnya. Spesies lalat yang disebut midge adalah serangga yang membantu penyerbukan pohon Kakao. Berkat lalat ini, kita bisa menikmati cokelat yang lezat dan gurih.  Lalat paling suka hinggap pada bunga yang berbau menyengat, seperti bangkai, kotoran, darah, atau bunga bangkai sperti porang hingga Rafflessia.

6. Ngengat

Ngengat adalah hewan yang sangat mirip dengan kupu-kupu. Perbedaannya adalah, ngengat akan terus menyerbuki tanaman hingga setelah matahari terbenam. Ngengat membantu penyerbukan dengan mengambil serbuk sari di sayap dan kaki saat hinggap di atas bunga untuk minum nektar tanaman, saat menempel di putik itulah ia menempelkan serbuk sari ke putik sehingga putik akan menjadi buah.  Ngengat juga sangat penting bagi ekosistem, ada banyak hewan pemakan serangga yang menjadikan ngengat sebagai santapannya di antaranya kelelawar, kadal dan burung.

7. Kupu-kupu

Kupu-kupu membantu penyerbukan dengan cara yang sama seperti lebah. Hanya saja mereka tidak mampu mengambil serbuk sari sebanyak lebah karena tubuh kupu-kupu yang tinggi dan ramping. Kupu-kupu memiliki penglihatan yang baik dan menyukai bunga-bunga berwarna cerah, seperti merah, oranye, dan kuning. Selain itu, hewan kecil bersayap indah ini juga menyukai bunga yang banyak mengandung nektar seperti bunga kenikir, kaliandra dan bunga matahari.

Dilansir dari U.S. Forest Service, adalah kegiatan mentransfer serbuk sari dari kepala bunga jantan ke kepala putik betina. Pertemuan serbuk sari dan putik akan mengakibatkan reproduksi seksual berupa peluruhan gamet pada tanaman. Penyerbukan pada tumbuhan biasanya dibantu oleh berbagai perantara yaitu angin, air, serangga, burung, dan juga manusia.

Perubahan lingkungan tidak hanya dirasakan oleh manusia, namun juga oleh organisme lain yang hidup di bumi, seperti hewan dan tumbuhan. Di alam, interaksi antara hewan dan tumbuhan mengalami perubahan yang perlahan, yang disebut dengan evolusi, untuk menanggapi perubahan lingkungan. Salah satu interaksi antara hewan dan tumbuhan yang sangat berperan penting adalah interaksi berupa polinasi atau penyerbukan bunga oleh hewan. Proses penyerbukan sangatlah penting karena tanpa adanya penyerbukan, tumbuhan tidak dapat bereproduksi dan menghasilkan buah. Secara ekologis, buah yang mengandung biji dapat menjadi salah satu bentuk regenerasi dari tumbuhan. Selain itu, buah juga dimanfaatkan manusia sebagai sumber pangan. Salah satu peneliti yang melakukan banyak kajian terkait interaksi tumbuhan dan polinator atau agen penyerbukan adalah Prof. Jun Yokoyama dari Jepang.

Profesor dari Department Biology, Faculty of Science, Yamagata University ini datang ke Fakultas Biologi UGM untuk memberikan pemaparan dengan topik “Diversity and Evolution of Plant-Pollinator Interactions”. Kuliah tamu ini dibuka secara langsung oleh Wakil Dekan bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Rina Sri Kasiamdari ,S.Si., Ph.D. Selain itu, kuliah tamu yang diadakan di Auditorium Fakultas Biologi UGM pada Jum’at lalu (23/3) ini juga dihadiri oleh sejumlah dosen, dan mahasiswa Fakultas Biologi UGM.

Dalam pemaparannya, Prof. Yokoyama menyampaikan bahwa tumbuhan-tumbuhan primitif melakukan menyerbukan dengan perantara angin. Namun dikarenakan banyak polen yang terbuang karena hanya 1 atau bahkan bisa hanya 0.01% dari total pollen yang sampai ke stigma dan mengalami penyerbukan. Secara evolusioner, tumbuhan kemudian memanfaatkan hewan sebagai pollinator atau agen penyerbukan. Untuk menarik perhatian pollinator, ada mekanisme plant-pollinator mutualisme, dimana baik bunga maupun serangga mendapatkan keuntungan dari adanya polinasi. Dalam hal ini, bunga terbantu dalam mediasi reproduksi seksual sedangkan hewan mendapatkan makanan dan nektar.

Beberapa polinator disebutkan diatas yang berperan dalam menyerbukan bunga antara lain adalah lebah, ngengat, kumbang kotoran, lalat, burung, kelelawar, lemur, hingga kecoak. Masing-masing dari mereka memiliki karakteristik polinasi yang berbeda-beda. Sebagai contoh adalah lalat yang menyerbuki bunga yang memiliki bau yang menyerupai bau bangkai maupun bau feses. Beberapa bunga juga mengalami spesialisasi polinator. Sebagai contoh adalah anggrek Ophrys yang memiliki kelopak bunga yang menyerupai lebah betina sehingga menarik perhatian lebah jantan untuk menyerbukinya. Namun, pada beberapa kasus, terdapat bunga yang mengalami spesialisasi berlebih sehingga ketika polinator spesifiknya punah atau terbatas jumlahnya, akhirnya bunga tersebut mengalami evolusi untuk dapat melakukan polinasi sendiri dan dapat menjaga keberlangsungan hidupnya.