Kendaraan listrik atau yang sering disebut Electric Vehicle (EV) sedang menjadi tren di Indonesia, hal tersebut juga ditambah dengan perbincangan publik mengenai Instruksi Presiden (Inpres) No.7/22 tentang pengadaan kendaraan listrik sebagai kendaraan dinas operasional.
Dilansir indiatimes.com, pada Selasa (27/9/2022), pergeseran penggunaan EV dari Internal Combustion Engine (ICE) sebagai moda tranportasi berikutnya sangat mungkin terjadi secara cepat, hal itu lantaran perawatan EV yang lebih sederhana dibanding ICE. Lantas, apa alasan perawatan EV lebih mudah dari ICE?
Pada EV, bagian rumit dalam ICE seperti mesin, saluran bahan bakar dan tangki akan digantikan oleh hal yang lebih sederhana seperti motor listrik, pengontrol, dan baterai.
Nah, berikut ini penjelasan EV lebih mudah dirawat dibanding ICE, di antaranya :
1. Motor Listrik
EV merupakan tipikal kendaraan yang lebih jarang menerima atau hampir tidak ada servis karena sebagian besar beban akan diambil oleh bantalan luar.
2. Baterai dan Sistem Termal
Sebagai kendaraan yang lebih modern, tentunya EV menggunakan baterai yang mengandalkan sistem manajemen termal berbasiscairan untuk melindungi suhu baterai agar tidak terlalu panas atau dingin, dalam perawatannya pengguna EV hanya perlu memastikan jumlah cairan yang optimal pada kendaraan agar berjalan dengan baik.
3. Pemeriksaan Rem
Jika dilihat dengan sekilas, tingkat minyak rem dari ICE maupun EV sama-sama memerlukan pemeriksaan secara berkala. Namun, perbedaannya terletak pada masa pakai waktu minyak rem EV akan lebih lama dibandingkan ICE, hal ini bisa terjadi karena EV memiliki teknologi regenerasi rem yang menggunakan motor listrik untuk memperlambat mobil saat mengerem.
4. Servis
Kabel tegangan pada EV harus diperhatikan saat melakukan servis, seperti teknisi biasanya kan menghubungkan perangkat OBD ke EV untuk menguji kelayakan jalan, dan hal ini akan memerlukan biaya lebih sedikit dibanding servis ICE.
ABC Produksi Baterai Litium Kendaraan Listrik
Intercallin yang merupakan produsen baterai ABC telah memproduksi baterai Lithium Ion Posphate (LFP) yang kemudian akan diolah oleh perusahaan battery packer menjadi baterai pack untuk digunakan sesuai kebutuhan.
Setelah terkendala pandemi Covid-19, PT International Chemical Industry (Intercallin) akhirnya memulai produksi material untuk kendaraan listrik, yaitu baterai sel Lithium Ion Posphate (LFP) dengan model bisnis B to B dengan investasi awal mencapai ratusan miliar.
Marketing Director PT International Chemical Industry (ABC Battery), Hermawan Wijaya mengatakan bahwa model bisnis dari pengembangan pabrik baterai sel dari ABC adalah B to B, artinya konsumen dari pabrik ini adalah perusahaan atau pabrikan.
Adapun, Hermawan membeberkan besaran investasi awal pada pengembangan baterai ini mencapai Rp200 miliar. Namun, ke depan, investasi itu terus bertambah seiring pengembangan kapasitas serta penambahan model baterai.
“Investasi awal Rp200 miliar, tahun 2023 akan ditambahkan lagi untuk ekspansi kapasitas dan penambahan tipe atau model cell LFP,” kata Hermawan
Melihat persaingan elektrifikasi yang cukup tinggi saat ini, ABC memiliki tantangan tersendiri untuk menjamin produk bisa digunakan hingga ke konsumen akhir.
Adapun, spesifikasi baterai yang sedang diproduksi ABC adalah tipe 26650 dengan tegangan 3,2 volt, berbentuk silinder dan satuan kapasitasnya 3600 mili ampere per jam, dengan keunggulan sel LFP yang cenderung berumur panjang dibanding sel Lithium yang lain.
Sebagai informasi, ABC juga mengklaim bahwa pihaknya ini merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang mempunyai pabrik baterai Lithium di Indonesia. Hal ini dibuktikan, menurut Hermawan, pabrik baterai sel yang dikembangkan ABC ini memiliki aktualisasi, industri, mesin, operator, serta end production-nya juga ada.
Sumber artikel: https://otomotif.bisnis.com/read/20220928/46/1582043/ini-4-alasan-perawatan-ev-lebih-mudah-dibanding-ice